Jumat, 02 Juli 2010

simple 4 u but difficult 4 me..

Gw sayang sama lo,, gw berusaha memberi semua yang lo mau.. berusaha jadi apa yang lo mau,, jadi seseorang yang lo mau,, dan berusaha rubah semua sikap gw jadi yang lo mau.. selama itu bisa buat lo seneng.. apapun yamg lo pinta,, pasti gw kasii..


Sekarang lo mau gw kaya mereka,, lo mau gw terbiasa tanpa lo,, terbiasa jauh dari lo,, terbiasa sendiri,, itu juga bakal gw coba,, selama lo seneng..

 Sekarang prinsipnyasuka-suka lo ajja,, yang penting lo seneng”..





trus gimana sama perasaan gw..? itu sih ngga penting,, mikirin perasaan gw Cuma bakal buang-buang waktu lo ajja,, kalo gw kesepian, gw masih punya kimung yang selalu ada saat gw mau dia ada,, emank Cuma dia yang bisa gw paksa untuk selalu ada buat gw,, hahaha.. kalo gw ngerasa sendirian,, gw bisa cari temen2 gw,, ngumpulin mereka buat nemenin gw.. kalo gw butuh lo,, gw juga bisa cari lo dalam mimpi,, tinggal tutup mata,, lo pasti udah ada didepan gw.. simple ajja kan..??!!

Minggu, 20 Juni 2010

cita_cinta

Mungkin saat ini kamu merasa aku menjauh,, mungkin kamu merasa aku menghindar,, tidak..!! aku sama sekali tidak menghindarimu ataupun mencoba menjauhimu,, jika akhir-akhir ini aku tak memberi kabar untukmu,, tidak mengirimkan pesan singkat,, tidak menelepon atau sekedar menanyakan kabar,, tidak memberimu semangat tiap pagi seperti hari-hari sebelumya,, sesungguhnya aku sedang mencoba menekan rasa rinduku yang selalu menyiksaku.. aku tak ingin tersiksa oleh rasa ini,, aku tak ingin hari-hariku kelabu hanya karna rindu,, bukan berarti aku ingin melupakanmu,, sama sekali bukan... sungguh,, saat ini hanya kamu yang selalu menghiasi mimpi-mimpiku..


Aku tau,, betapa sibuknya kamu akhir-akhir ini,, dengan kantor yang baru saja kamu tempati,, dengan tugas-tugas yang menyiksamu menjelang ujian akhir semester yang sebentar lagi akan kamu tempuh,, hingga tak ada lagi waktu yang tersisa untukku,, aku memaklumi itu.. _walau sebenarnya seperti yang kukatakan berkali-kali aku kesepian_..


Tapi aku hanya ingin membantumu,, tak menambah beban yang kau emban saat ini,, aku hanya ingin kau menggunakkan waktumu sebaik-baiknya,, aku takkan mengganggumu,, merampas waktumu hanya untuk bersamaku,, aku tau saat ini kau sangat membutuhkan waktu yang mungkin masih terlalu sempit untuk segala hal yang harus kau selesaikan,, untuk semua hal yang harus kau kerjakan,, sampai-sampai kau merelakan waktu tidurmu untuk dapat melakukan semua hal itu,, untuk dapat menyelesaikan tugas-tugasmu..


 Disinipun aku berusaha tenggelam dengan kesibukanku,, menyibukkan diriku dengan hal-hal ringan,, dengan hanya membaca novel,, dengan hanya menulis catatan-catatan hati yang mungkin tak terlalu berarti..
  

Aku akan terus menunggumu,, sampai kapanpun itu,, sampai kau kembali lagi padaku,, selama apapun itu,, dan dalam penantianku,, aku takkan menoleh,, takkan berpaling,, karena aku hanya tertuju padamu,, percayalah..


Aku harap,, baik aku dan kamu dapat segera menyelesaikan semua tugas-tugas yang harus kita kerjakan saat ini,, meraih cita dan cinta bersama,, kemudian menjalani hidup bersama,, sampai waktu menjemput kita..


I wish..

Dia datang_tertunda.. I still missing him..

Masih dalam bisu,, tak ada seorangpun dirumah ini kecuali aku.. setelah beberapa saat manenangkan diri dari luapan rindu yang meledak-ledak,, menghamburkan air  jernih dari mataku,, kini ketenangan mulai datang menyapa.. membawaku bersamanya,, sejenak melupakan sesuatu yang memenuhi hati ini hingga sesak..

Dalam sunyinya ketenangan yang kini memelukku,, aku tersentak mendengar suara derungan mesin motor yang sangat kukenal,, derungan mesin motor yang dulu selalu mengantarku kemanapun aku mau,, derungan mesin motor yang dulu selalu mengantarku kembali kerumah setiap malam ku pulang dari tempatku menuntut ilmu..

Tersentak mendengar suara itu memanggil namaku,, suara yang sangat aku rindukan itu,, yang baru saja menumpahkan airmataku.. kini dia ada didepan pintu rumahku.. senang,, bahagia,, itulah yang kurasakan saat ini..

Aku hanya mampu memandangnya,, tak berkata-kata,, menjawab pertanyaan-pertanyaannya pun tidak,, bukan tidak mau,, hanya tidak sanggup.. aku terlalu bahagia saat ini,, sampai-sampai mata yang baru saja kering kini mulai basah dan meneteskan cairan itu lagi,, _betapa cengengnya aku_..

Rasanya ingin memeluknya,, tak ingin lagi melepasnya,, hanya ingin bersamanya,, tapi aku masih terpaku,, tak dapat melakukan apa-apa.. semua keinginan itu hanya tertahan dihati saja,, tak pernah terlaksana..
Setelah mengumpulkan keberanian untuk memeluknya, lagi-lagi gagal.. mamapapa pulang.. well,, itu menjadi kegagalan yang cukup menjengkelkan..

Aku terus memandangnya,, dia terlihat begitu lelah,, begitu lemah,, begitu tak berdaya.. jelas sekali lingkaran hitam mengelilingi matanya yang sayup..


“gw blum tidur tiga hari ini biy”


Miris,, tak tega melihat dia yang begitu kusayang terlihat sangat lelah.. walaupun sedikit kecewa_karena tak bisa lama-lama bersama dengannya_,,aku memilih untuk membiarkan dia istirahat,, aku tak mau lagi memaksakan egoku yang selama ini hanya membebaninya..

Aku ingin mencoba untuk lebih mengerti dirinya..

Membiarkan dia menjalani hidupnya tanpa ego-ku..

Tanpa beban..

aku rasa aku kesepian..

Sepertinya bibirku saat ini terlalu berat untuk mengembangkan senyum,, bahkan untuk menyeruput air putih yang sedaritadi menemaniku_pun bibirku tak sanggup.. meskipun sesaat bibirku mencoba mengikuti bait-bait lagu yang terlantun dari radio yang tak lelah menemaniku sedari pagi.. entah mengapa hari ini sangat kehilangan gairah untuk menikmati hidup..

Sesaat terdengar dering ponsel menjerit-jerit memintaku untuk mengangkatnya,, tapi seperti sebelumnya,, bibirku malas bergerak.. kalau saja bukan namanya yang tertulis dilayar ponsel itu,, aku takkan mengangkat panggilan itu seperti panggilan2 sebelumnya ,, hanya karna membaca namanya aku membuang rasa malasku sesaat,,

Terdengar suara itu,, suara yang memang sangat ku rindukan saat ini,, tapi bukan ingin mendengarnya hanya lewat ponsel,, entah sudah berapa lama tak berbincang dengannya secara langsung,, sepertinya baru kemarin pagi ia datang untuk mengambil sebuah kalkulator.. tapi terasa sangat lama aku tak berjumpa dengannya,, seperti sudah berbulan-bulan..

Aku mengangkat panggilan itu dengan malas,, hanya terjadi percakapan singkat,, tak ada yang istimewa,, datar saja,, karena aku tak mau berbicara hanya lewat ponsel..

setelah percakapan berakhir,, rasa rindu dan kesepian yang sedaritadi ku tekan hingga mencapai titik terrendahnya kini meluap-luap,, mambuat sesak seisi dada ini.. meledak,, meleleh,, maneteskan cairan bening yang tertampung sesaat dipelupuk mata.. well,, seperti biasa,, lagi-lagi aku manangis..

Lelah rasanya meneteskan cairan yang mengandung kesepian itu,,... akupun beranjak dari tempatku,, menuju ruangan dimana aku biasa membasahi tubuhku,, membasuh tubuhku dengan sejuknya air tanah yang dikeluarkan oleh bumi..

Perlahan menanggalkan setiap benda mati yang membalut tubuhku,, membiarkan dinginnya angin meraba setiap lekukan tubuhku,, akupun memulai ritual mandiku,, membasuh tubuhku dengan air,, melunturkan segala galau, sedih, kecewa yang kini terbawa sejuknya sentuhan air.. membaurkan airmata yang kini samar dengan air yang mengalir diwajahku..



siapa diriku dalam mimpinya?

Siang itu,, saat pertama dia menyapaku dalam nyata,, setelah berbulan hanya berkomunikasi lewat media elektronik.. masih sama seperti sebelumnya,, aku hanya wanita biasa yang menampakkan segalanya lewat kaca-kaca bening,, transparan,, terlihat begitu apa adanya diriku.. begitu polos,, tak acuh,, tak peduli segala hal yang dikatakan orang tentang diriku,, selama aku bisa menjadi diriku..


Dia pun tak menghiraukan kebiasaan ku yang mungkin tak dimiliki bahkan tabu bagi para wanita,, aku memang tak seperti mereka,, tak cantik,, tak ingin terlihat menarik,, bahkan hanya ingin menjadi redup.. seredup hari-hariku sebelum siang itu..


Pertama kali dalam nyata aku berbicara dengan orang asing itu,, orang yang dulu sebenarnya dekat denganku,, berada pada satu gedung dimana aku menuntut ilmu dulu,, tiga tahun lamanya,, tapi tak satupun diantara kami yang saling kenal..
Siang itu,, dalam perbincangan,, kami mencoba saling mengenal,, saling mengingat masa-masa dimana kami pernah menjalani pendidikan bersama dalam lingkungan yang sama,, teman-teman yang sama,, oleh para guru yang sama,, tetapi kami sama sekali tak pernah bersama bahkan mengenal nama pun tidak..!!


Saat itu aku mempunyai seorang teman baru,, berbagi cerita-cerita masa lalu,, dia sering membantuku,, menemaniku,, mengantarku kemanapun aku mau,, menghiburku,, mewarnai hari-hariku,, menyayangiku,, dan kini dia adalah kekasihku..


Masih redup,, aku tak secemerlang saat ini,, aku masih aku yang sebelumnya.. dengan gaya khas yang aku punya,, dengan label yang menempel pada diriku sejak dulu,, seorang gadis bertubuh kecil yang nakal dan berantakan.. rambut yang berantakan,, berpakaian asal-asalan,, berbicara lantang,, dan segala kebiasaanku yang tak banyak dimiliki wanita lain..


Seiring berjalan bersamanya,, semua mulai berubah.. Dia merubahku manjadi aku yang lain.. aku yang entah aku atau bukan aku.. merubah cara berpakaianku,, merubah cara berjalanku,, merubah cara berbicaraku,, Dia merubahku.. entah nyaman atau tidak,, aku tak begitu mengerti tentang apa yang aku rasakan,, sejak dulu aku memang tidak mengerti tentang diriku... tak pernah mengerti perasaanku..


Terkadang aku merasa berada di tempat asing,, terkadang segalanya menjadi begitu asing bagiku,, terkadang aku merasa bukan aku,, aku adalah orang asing,, aku sedang tersesat.. aku mencari diriku,, mencari tempatku,, dan sangat sulit menemukannya,, terkadang aku ingin kembali menjadi diriku..


Terkadang rasanya seperti memakai sebuah topeng,, tak bisa dilepas,, tak bebas..





Tapi..


Dia selalu memberiku pandangan baru,, bahwa aku yang sekarang adalah aku yang sebenarnya,, dan aku mencoba masuk kedalam pandangannya itu dan mengikuti jalan pikirannya,, Dia mempertahankan diriku saat ini,, berusaha membuatku senantiasa tetap berkilau..
Dengan sabarnya,, lembutnya,, kasih dan cintanya.. tak lelah dia melakukan perubahan dalam hidupku.. membentuk aku menjadi aku yang sempurna..

Sabtu, 19 Juni 2010

Sebuah batu dan sepasang permata..


Mana yang akan kita pilih,, sebuah batu,, atau sebuah permata ???

Tentu saja semua akan memilih sebuah permata..

Seperti dia begitu menyayangi dua buah permatanya.. enggan melihat sebuah batu yang juga berada ditempat yang sama dengan permata-permatanya.. dia sangat menjaga dan memperhatikan kedua buah permatanya,, memenuhi segala kebutuhan kedua permata,, membelikan kotak indah sebagai tempat kedua permatanya,, membersihkan kedua permata dari debu-debu yang menempel padanya,, meletakkan dua permata itu di tempat tertinggi yang tak dapat terjangkau oleh sang batu..

Tentu saja kedua permata itu semakin terlihat berkilau.. tak tersentuh debu,, terlihat begitu cantik disana,, dalam kotak indah itu..

Lalu bagaimana dengan sang batu??? Dia hanya mampu melihat kedua permata itu diperlakukan dengan sangat istimewa oleh pemiliknya.. sang batu selalu mencoba meraih tempat kedua permata,, ingin disamakan,, diperhatikan,, tapi batu hanya sebuah batu,, tak istimewa,, tak berkilau,, tak mahal,, tak indah,, tak berharga sama sekali..
Tapi sang batu yakin,, walaupun hanya tercipta sebagai sebuah batu, ia mampu menjadi berharga,, dapat berguna bagi orang lain.. dan bukan hanya perhiasan yang begitu indah,,begitu jarang terpakai,,bahkan tak tersentuh,,hanya terpenjara dalam kotak indah..

jiwaqu meninggal

Aku termenung memandang orang yang lalu lalang di depanku. Awalnya hanya seorang, lalu beberapa orang, dan sekarang berbondong-bondong. Mereka nampak tergesa berjalan menjelma barisan yang panjang. Pakaian mereka hampir serupa, warna hitam. Pakaian berkabung, batinku. Hatiku berdesir mengingat hal itu.

Karena rasa penasaran, aku menghampiri salah seorang dari mereka. Seorang bapak dengan pakaian yang sedikit berbeda, kaos oblong dan celana pendek sebatas lutut, topi di kepala dan sebuah sekop di bahunya.

"Maaf, Pak." Lelaki itu hanya melirik sebentar dan terus melangkah. "Hendak ke mana orang-orang ini?" tanyaku. Lagi-lagi lelaki itu hanya melirik.

"Melayat," jawabnya pendek sambil terus melangkah. Aku diam. Melayat, gumamku dalam hati. Kembali hatiku berdesir mengeja kata itu.

"Kalau boleh tahu, siapa yang meninggal?" tanyaku lagi. Lelaki itu menghentikan langkahnya, berdiri dengan tatapan aneh. Ia terus menatapku lekat-lekat. Aku diam.

"Kamu. Kamu yang meninggal," ucapnya pendek. Kemudian kembali melangkah.

"Aku?" Aku terkesiap mendengar jawaban lelaki itu. "Aku yang meninggal?" ulangku. Sementara lelaki itu hanya diam dan terus berjalan.

"Bapak mau menggali kubur?" Sebuah pertanyaan bodoh yang aku ajukan. Aku juga melihat beberapa lelaki yang membawa cangkul dan sekop di bahu mereka.

"Ya."

Aku berhenti dan membiarkan lelaki itu menghilang di antara kerumunan orang-orang yang berjalan dalam satu arah.

Aku yang meninggal, batinku. Hatiku benar-benar bergetar membayangkannya. Apa maksud lelaki itu?

"Maaf, siapa yang meninggal?" kembali aku bertanya kepada seorang wanita dengan pakaian hitam-hitam yang kebetulan lewat di dekatku. Wanita itu berhenti sejenak, menatapku lekat-lekat, lalu menggeleng pelan.

"Kamu. Kamu yang meninggal," jawabnya pendek, kemudian kembali berjalan. Dan kembali aku terdiam.

Aku berjalan mengikuti kerumunan orang-orang itu. Sepertinya mereka sangat tergesa-gesa. Setelah berjalan beberapa saat, akhirnya aku sampai di sebuah rumah. Satu-satunya rumah di bagian paling ujung jalan ini. Rumah mungil yang terpencil. Selebihnya hanyalah sungai yang membentang memisahkan desa tetangga. Kerumunan orang-orang nampak begitu ramai. Di sebelah timur, barat, depan dan belakang rumah tersebut. Itu rumahku, batinku. Kebingungan melanda benakku.

Bergegas aku melangkah menembus kerumunan tersebut. Lalu aku segera masuk ke dalam rumah. Di tengah ruangan ada peti mati yang terbuka tutupnya. Beberapa lelaki dan perempuan bersimpuh di sekelilingnya. Ayah dan ibu terisak di salah satu ujung peti mati tersebut. Sebagian dari orang-orang itu menoleh ke arahku. Tatapan mereka benar-benar asing. Perlahan aku mendekati salah seorang dari mereka. Ia pemuka adat di sini.

"Maaf, siapa yang meninggal?" sedikit berbisik aku bertanya. Lelaki pemuka adat itu menoleh. Tatapannya sama dengan tatapan orang-orang yang lain.

"Kamu yang meninggal," jawabnya sambil terus menatap wajahku.

"Tapi aku masih hidup. Aku masih bernafas. Aku juga bisa bicara. Orang-orang juga masih bisa melihatku," sergahku. Lelaki itu diam.

"Bahkan, Bapak bisa memegang tubuhku," lanjutku.

Aku menarik salah satu tangan lelaki itu dan mendekatkannya ke tubuhku. Namun dengan cepat, lelaki itu menarik kembali tangannya.

"Aku masih bisa menyentuh orang lain. Berarti aku belum mati," ucapku.

"Jiwa kamu. Jiwa kamu yang telah meninggal," lelaki pemuka adat itu berkata lirih.

"Jiwaku?" Tatapanku beralih ke dalam peti mati yang ada di hadapanku. Ada buntalan kain kafan yang diikat sepanjang peti mati itu. Perlahan dan dengan hati-hati aku menyentuhnya. Kosong.

"Jiwa - seperti juga kematian - ia tidak bisa diraba atau dilihat." Lelaki pemuka adat itu seakan mengerti kebingunganku. Kemudian kami diam.

Tak lama kemudian, proses pemakaman dimulai. Beberapa orang lelaki memindahkan peti mati yang telah ditutup ke dalam keranda. Kemudian beberapa lelaki yang lain berdiri pada tiap ujung keranda tersebut, lalu mengangkatnya dan membawa keluar rumah. Kerumunan segera tersibak saat rombongan pembawa keranda itu lewat. Dengan langkah panjang-panjang, lelaki-lelaki itu membawa keranda ke arah makam. Di belakangnya mengekor para pelayat, termasuk aku.

Pemakaman berlangsung dengan cepat. Tak lama kemudian, para pelayat bubar. Aku berjalan pelan mendekati makam yang masih baru itu. Aku bersimpuh di samping gundukan tanah merah. Pada batu nisannya tertulis namaku, juga tarikh lahir dan tanggal kematianku.

Aku terdiam. Sekuntum bunga kamboja luruh dari dahannya. Aku telah meninggal. Jiwaku telah meninggal. Kata-kata itu terus terngiang dalam benakku.



*copas ^_^